Selasa, 16 April 2019

NDALEM KALITAN KOTA SOLO

Terispirasi dengan sosok ibu Negara Tien soeharto membuat saya terniang dengan masa lalu ketika masa orde baru, perjalanan saya kali ini akan bertandang ke kota solo.
Dimulai dengan cerita beberapa hari sebelumnya saya sudah menyiapkan segala sesuatunya dari mulai tiket kereta sancaka dari jombang turun di stasiun solo balapan hingga penginapan lumayan murah yang saya boking lewat online sampai rute mana saja yang mau saya kunjungi.
Dalem Kalitan merupakan rumah peninggalan Sunan Paku Buwono X yang pada tahun 1874 diberikan kepada putri sulungnya, Kanjeng Gusti Ratu Alit. Karena itulah, rumah tersebut dikenal dengan nama Kalitan. Sejak 1960an, rumah tersebut dibeli dan menjadi kediaman turun-temurun dari Prawironegoro yang merupakan saudara dari Kanjeng Pangeran Sumoharyono, orangtua Tien Soeharto, istri Presiden Kedua Indonesia, Soeharto.

 Orangtua Tien Soeharto masih kerabat dari Keraton Mangkunegaran. Mereka adalah KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.
Hari Minggu 28 April 1996 sekitar pukul 05.10 WIB, Indonesia berkabung. Ibu Tien meninggal di RSPAD Gatot Subroto, Bermula ketika Ibu Tien Tien mengunjungi sentra pembibitan buah di Taman Buah Mekarsari. Sedangkan Seoharto, pada saat itu, Sabtu, 27 April 1996, berada dalam perjalanan pulang dari kawasan perairan sebelah barat Anyer, Jawa Barat, setelah memancing bersama rombongan.

Soeharto berangkat memancing, Jumat, 26 April 1996. Tak seperti biasanya, hanya dua ekor ikan dapat ditangkap. "Ini kok tidak seperti biasanya," celetuk Soeharto saat itu. Sore hari, cuaca mendadak semakin tidak bersahabat, sehingga Soeharto dibawa ke kapal TNI AL yang lebih besar.
Karena gelombang makin besar dan angin berembus kencang, dengan alasan keselamatan, semua tamu penting pindah ke kapal AL. Setelah badai reda, pagi harinya Soeharto kembali ke Jakarta. Ketika Soeharto bertemu Ibu Tien pada Sabtu sore, suasana berlangsung seperti biasa. Hanya saja, Ibu Tien Tien harus banyak beristirahat karena kelelahan. Sekitar pukul 04.00, Ibu Tien Tien mendapat serangan jantung mendadak.

Ibu Negara tersebut tampak sulit bernafas. Dalam kondisi genting segera diputuskan membawa Ibu Tien ke RSPAD Gatot Soebroto, tempat beliau sebelumnya beberapa kali menjalani pemeriksaan.
Dokter kepresidenan, Hari Sabardi, memberi bantuan alat pernafasan. Saat itu, selain Soeharto, Tommy dan Sigit Hardjojudanto ikut mendampingi Ibu Tien.
Pada saat-saat terakhir itu Pak Harto mendapingi Ibu Tien di rumah sakit. Soeharto, nampak dirundung kesedihan mendalam. Bagaimana tidak, Ibu Tien adalah sosok yang mendampingi Soeharto selama puluhan tahun.
 Kejadian aneh saat Soeharto memancing di perairan sebelah barat Anyer baru disadari Soeharto sebagai firasat setelah beberapa hari meninggalnya Ibu Tien Tien Soeharto
Ibu Tien meninggal dunia pada Minggu, 28 April 1996, jam 05.10 WIB pada usia 72 tahun. Soeharto sangat merasa terpukul atas kematian Ibu Tien.
Ibu Tien dimakamkan di Astana Giri Bangun, Jawa Tengah, pada 29 April 1996 sekitar pukul 14.30 WIB. Upacara pemakaman tersebut dipimpin oleh inspektur upacara yaitu Ketua DPR/MPR saat itu, Wahono dan Komandan upacara Kolonel Inf G. Manurung, Komandan Brigif 6 Kostrad saat itu.

Sedangkan sebelumnya saat pelepasan almarhumah, bertindak sebagai inspektur upacara, Letjen TNI (Purn) Ahmad Taher dan Komandan Upacara Kolonel Inf Sriyanto, Komandan Grup 2 Kopassus Kartasura zaman itu. Setelah kedua orangtua Tien Soeharto wafat, dalem Kalitan difungsikan sebagai tempat berkumpul keluarga. Pohon beringin yang berusia puluhan tahun di halaman depan menambah nuansa sejuk kediaman itu. Halaman depan tersebut juga sering dimanfaatkan masyarakat untuk beraktifitas, tak terkecuali untuk berjualan.

 Bagi masyarakat yang ingin bertandang ke ndalem kalitan, diwajibkan absen dan meninggalkan kartu identitas di kantor penjagaan yang berlokasi di sebelah kanan pintu masuk. Setelahnya, pengunjung bisa menikmati bagian demi bagian Dalem Kalitan. Dalem Kalitan terdiri dari tiga bagian. Yaitu pendopo, ruang tengah atau pringgitan dan senthong (ruang tidur). Pertama, bagian pendopo yang terbuka di keempat sisinya ditopang empat saka guru dan tiang-tiang pendukung lainnya. Di ujung pendopo terdapat pintu masuk kayu jati berukir elok dengan empat daun pintu, yang diapit foto Soeharto di sebelah kanan dan Tien Soeharto di sebelah kiri. Sementara di tembok samping kanan juga terpasang foto keduanya yang didampingi 5 anak dan 4 menantu. Sedangkan di samping kiri terdapat seperangkat gamelan jawa, yang tertutup rapi dengan kain hijau.

Pendopo ini kerap menjadi lokasi kegiatan-kegiatan yang digelar Keluarga Soeharto. Bergeser ke ruang di belakang pendopo, ruang tengah, pengunjung dapat menyaksikan sejumlah benda koleksi, penghargaan, dan kenang-kenangan dari berbagai pihak untuk Presiden Soeharto, maupun sang istri. Terdapat pula sertifikat gelar pahlawan untuk Tien Soeharto yang dibingkai dan ditempelkan di dinding.

Beberapa hari setelah Ibu Tien Tien Soeharto meninggal dunia, Minggu, 28 April 1996, sekitar pukul 05.10 WIB, beredar isu di masyarakat yang menyebut the first lady tersebut karena dua anak lelakinya bertengkar memprebutkan proyek mobil nasional.
Bambang Trihatmojo dan Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) dkabarkan terlibat baku tembak. "Sebuah tembakan diisukan mengenai Ibu Tien. Itu adalah rumor dan cerita yang sangat kejam serta tidak benar sama sekali," ujar Jenderal Polisi Purn Sutanto, mantan ajudan Presiden Soeharto 1995-1998, dalam buku Pak Harto The Untold Stories, terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut merupakan saksi hidup detik-detik meninggalnya Ibu Tien Tien Soeharto. "Saya saksi hidup yang melihat Ibu Tien terkena serangan jantung medadak, membawanya ke mobil, dan terus menunggu di luar ruangan saat tim dokter RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) melakukan upaya medis," kata Sutanto.

Saat ini kondisi Dalem Kalitan masih sangat terawat. Sama seperti Astana Giribangun, tempat ini juga sering dikunjungi warga dari berbagai daerah di nusantara. Selain karena sejarahnya, dalem Kalitan memiliki sejumlah pohon langka di antaranya, sawo kecik dan kepel. Menurut salah seorang penjaga Dalem Kalitan, putra-putri Soeharto masih menyempatkan singgah saat akan ziarah ke Astana Giribangun. Namun yang paling sering adalah Mamiek Soeharto yang kerap menginap.


http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/wisata/dalem-kalitan-peninggalan-sunan-paku-buwono-x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.