Senin, 15 April 2019

JENDRAL BESAR H.M SUHARTO DAN DESA KEMUSUK YOGYAKARTA

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya di dalam kisah SATU NAFAS JENDRAL SUDIRMAN sebelum saya berziarah ke TAMAN MAKAM PAHLAWAN KUSUMA BANGSA di yogyakarta saya berkunjung terlebih dahulu ke dusun dimana Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto dilahiran di Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun, mari kita simak bersama.
Sebenarnya tentang dusun kemusuk sudah tidak asing lagi di telingaku, sewaktu kecil aku mendapatkan cerita nenek dari bapakku tentang sosok suharto kebetulan kerabat kami di kebumen merupakan keluarga besar kraton yogyakarta sehingga sudah biasa jika ada yang bercerita tentang masa kecil presiden suharto.

 Bapak saya juga sekolah di yogyakarta tepatnya di SPK gondomanan dan cerita tentang dusun kemusuk adalah hal lumrah bagi keluarga kami.
Dari situlah timbul keinginan untuk sekedar berkunjung ke sana supaya pengalaman saya bertambah bukan saja dari cerita ke cerita namun kunjungan ini membuat saya semakin memahami siapa sosok presiden indonesia ke dua H.M.Soeharto semasa kecilnya dulu.

Tak ada salahnya jika keinginan saya bisa terwujud saat itu sepulang dari jawa timur kami mampir di yogyakarta turun di stasiun lempuyangan naik GRAB langsung menuju desa kemusuk, dan itu adalah pengalaman yang mengesankan seperti mengulangi kembali masa laluku.

Sekarang kita akan mengenal sedikit demi sedikit tempat kelahiran Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto

Kemusuk adalah sebuah dusun yang terletak di desa Argomulyo Kecamatan sedayu, kabupaten bantul yogyakarta, indonesia. Dusun ini merupakan tempat lahir presiden kedua indonesia suharto Di dusun ini juga terdapat makam Sukirah, ibu dari Soeharto.
 
Desa atau lebih tepat dengan julukan sebuah kota mini, dengan luas 953 Km2, berpenduduk 10.661 jiwa dengan Kepala Desa R. Noto Soewito, memang tak henti-hentinya terus membenahi diri. Sehingga bukan suatu hal yang mustahil desa yang berjarak 10 Km sebelah barat Yogyakarta ini beberapa kali berhasil tampil sebagai juara pertama dan kedua lomba desa, baik tingkat Provinsi maupun untuk tingkat Kabupaten. “Bahkan pada Februari 1991 menurut rencana desa Argomulyo akan digunakan sebagai ternpat pencanangan LMD tingkat nasional “

Kemusuk seperti juga sebagian besar wilayah Kecamatan Sedayu sebelum Tahun 1946 merupakan bagian dari Kawedanan Godean (Sekarang menjadi Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman). Oleh karena itu tak mengherankan jika beberapa pihak menulis Soeharto lahir di Kemusuk, Godean, Sleman. Kemusuk dibagi ke dalam dua padukuhan yakni Kemusuk Kidul dan Kemusuk Lor.

 
Desa Argomulyo sendiri merupakan gabungan dusun dari 4 desa. Seperti Desa Kemusuk yang membawahi Dusun Puluhan, Kemusuk Lor, Kemusuk Kidul dan Srontakan, Desa Pedes membawahi Dusun Pedes, Panggang, Karanglor dan Surobayan. Desa Plowanan membawahi Dusun Samban, Watu dan Sengon Karang. Sedangkan Desa Kali Beret membawahi Dusun Kali Urang dan Kali Beret.

Fasilitas pendidikan di sini tumbuh bagaikan jamur di musim hujan pada saat sekarang ini. Misalnya, di desa tersebut berdiri Universitas Wangsa Manggala yang kini telah berusia sekitar tiga setengah tahun dengan para mahasiswanya, berasal dari berbagai penjuru tanah air. Belum terhitung fasilitas pendidikan lainnya, baik setingkat SLTA, SLTP, SDN dan Taman kanak-kanak, dengan sarana pendidikan sekitar 23 gedung.

Selain didirikan sekolah umum seperti SMA dan SMP, dibuka pula sekolah-sekolah kejuruan. Dengan tujuan untuk memberikan keseimbangan antara kepandaian dan ilmu. Maka dibukalah STM dan SPMA atau SPP.

Kemusuk juga menjadi saksi atas kekejaman Belanda pada Agresi Militer Belanda II. Belanda memburu Soeharto ke desa Kemusuk, tetapi tidak menemukannya sehingga pasukan Belanda merasa kecewa dan marah. Hingga seorang kepala keamanan kampung yang bernama Joyo Wigeno ditangkap, dan dipaksa menunjukkan lokasi persembunyian keluarga H.M.Suharto Siang hari persis jam tiga pada 8 Januari 1949 hari Jumat Kliwon, Belanda mengadakan pembersihan di desa Kemusuk. Setiap laki-laki, terutama pemuda yang ditemukan Belanda, ditembak mati. Pada pembersihan tersebut 23 orang pemuda ditembak mati.

Desa yang semula merupakan daerah terpencil, terutama di sekitar tahun-tahun 1950-an sampai 1960-an kini telah menjadi daerah yang terbuka. Kendaraan umum, seperti bis maupun truk pengangkut barang bisa meluncur dengan tenangnya di atas ja1an aspa1 yang membe1ah desa itu sepanjang kurang lebih 7 Km dari pertigaan Pedes (tepi jalan raya Yogyakarta Purworejo) sampai ke Kecamatan Godean.

Beberapa hari paska Serangan Umum 1 Maret 1949 Belanda kembali datang, dan mengepung Desa Kemusuk. Belanda kembali melakukan pembersihan yang memakan korban 202 orang termasuk termasuk 62 orang anggota Brimob yang sedang berhenti di Desa Kemusuk. Turut juga menjadi korban adalah R. Atmoprawiro, ayah kandung Probosutedjo, dan ayah tiri Soeharto. R. Atmoprawiro ditembak Belanda tepat di kepala saat sedang berlari di pematang sawah menghindari kepungan Belanda. Untuk mengenang tragedi Kemusuk maka dibangunlah monumen Setu Legi di Desa tersebut.



Sumber : 
  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kemusuk,_Argomulyo,_Sedayu,_Bantul
  2. http://soeharto.co/argomulyo-desa-kelahiran-pak-harto/
  3. PELITA (08/06/1990)
  4. Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 476-482