Selasa, 16 April 2019

MONUMEN PETA KOTA BLITAR

Monumen PETA, merupakan monumen yang dibangun untuk memperingati kejadian bersejarah yang terjadi pada tahun 1945, dimana saat itu Kota Blitar merupakan pusat terjadinya pemberontakan tentara PETA melawan tentara Jepang yang dipimpin oleh Soedanco Soepriyadi.

Untuk menghormatinya di bangun sebuah Monumen yang terletak di depan bekas markas PETA, tepatnya di Jl. Soedanco Soepriyadi. Monumen ini berbentuk sebuah patung yang mengangkat tangan kanannya, sebagai symbol bahwa dia tidak pernah menyerah untuk berjuang. Patung tersebut terlihat memakai seragam tentara Jepang, lengkap dengan topinya. Monumen ini ditujukan untuk mengenang pahlawan yang gugu dalam pertempuran tersebut agar dapat menyemangati para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan Indonesia menjadi Negara yang besar.
Monumen ini sempat mengalami pemugaran dan kemudian diresmikan ulang pada tanggal 14 Februari 2008 yang bertepatan pada hari peringatan Pemberontakan PETA di Blitar.


Monumen POTLOT inilah bukti keberanian pemuda pemuda yang tergabung dalam Tentara PETA Blitar. Monumen ini terletak di kawasan Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya Kota Blitar, lebih tepatnya di belakang makam pahlawan tersebut. Monumen POTLOT selain sebagai saksi keberanian para pemuda blitar juga termasuk tempat pertamakali dikibarkanya bendera Sangsaka Merah Putih pada tanggal 14 Februari 1945. pengibaran ini terjadi pada peristiwa pemberontakan Tentara PETA terhadap Jepang yang di pimpin Shudancho Suprijadi sekitar pukul 03.00 wib, dini hari. seorang algojo berani nekat mengibarkan Sangsaka Merah Putih tersebut adalah Parto Hardjono.



Peristiwa pada masa peresmian Monument Potlot atau monument perjuangan tentara Peta di Kota Blitar pada tahun 1946 satu tahun setelah Indonesia merdeka. Peresmian tersebut langsung di resmikan oleh bapak TNI Jendral Soedirman. Terlihat Jendral Soedirman meletakan serangkaian bunga untuk menandakan monument telah di resmikan sebagai monument perjuanagan nasional.

Suasana pada saat itu sangat ramai seperti yang terlihat pada gambar. Tidak hanya Jendral Soedirman, banyak dari tentara tentara, polisi polisi, serta pegawai pegawai negeri sipil yang ada di Indonesia ikut menghadiri upacara peresmian Monumen Potlot tersebut.Selain itu banyak warga Kota Blitar yang juga antusias menyaksikan peristiwa penting tersebut serta melakukan renungan untuk para pahlawan Indonesia.


Monumen PETA, merupakan monumen yang dibangun untuk memperingati kejadian bersejarah yang terjadi pada tahun 1945, dimana saat itu Kota Blitar merupakan pusat terjadinya pemberontakan tentara PETA melawan tentara Jepang yang dipimpin oleh Soedanco Soepriyadi.

Untuk menghormatinya di bangun sebuah Monumen yang terletak di depan bekas markas PETA, tepatnya di Jl. Soedanco Soepriyadi. Monumen ini berbentuk sebuah patung yang mengangkat tangan kanannya, sebagai symbol bahwa dia tidak pernah menyerah untuk berjuang. Patung tersebut terlihat memakai seragam tentara Jepang, lengkap dengan topinya. Monumen ini ditujukan untuk mengenang pahlawan yang gugu dalam pertempuran tersebut agar dapat menyemangati para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan Indonesia menjadi Negara yang besar.


Monumen ini sempat mengalami pemugaran dan kemudian diresmikan ulang pada tanggal 14 Februari 2008 yang bertepatan pada hari peringatan Pemberontakan PETA di Blitar.

Monumen PETA terletak di Jl. Sudanco Supriyadi, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Blitar. Sebagai salah kota yang memiliki sejarah perjuangan di masa Penjajahan, Blitar memiliki beberapa perninggalan bersejarah yang patut dikunjungi, baik untuk rekreasi keluarga atau sebagai situs edukasi bersejarah.


Monumen PETA ini menjadi tugu peringatan saat terjadinya pemberontakan PETA Blitar melawan penjajah Jepang, di bawah pimpinan Soeprijadi. Monumen ini dibangun pada 14 Februari 1988, tanggal dan bulan yang sama saat terjadinya pergerakan pertama di tahun 1945.

yang memberontak bukan hanya Sodancho Soepriadi. Tetapi putra Blitar tersebut didukung oleh 6 tokoh yang lain, yaitu : Chudancho dr Soeryo Ismail, Shodancho Soeparjono, Budancho Soedarmo, Shodancho Moeradi, Budancho Halir Mangkoe Dijaya, dan Budancho Soenanto. Berangkat dari kesadaran bahwa keenam pejuang PETA tersebut juga bahu-membahu bersama Sodancho Soepriadi melawan Jepang, maka Pemerintah Kota Blitar ingin menempatkan mereka sebagaimana layaknya para pejuang. Cara yang dipilih adalah, dengan membangun patung keenam tokoh tersebut, satu area di kompleks Monumen PETA. Tanpa mengesampingkan peran sentral tokoh Sodancho Soepriadi sebagai pemimpin pemberontakan, maka keenam patung tokoh tersebut, dibangun mengapit patung Sodancho Soepriadi yang lebih dulu dibangun. Posisinya, tiga patung di sisi timur dan tiga lainnya di sisi barat. Peletakan batu pertama yang menandai dibangunnya keenam patung pahlawan PETA tersebut, dilakukan oleh Walikota Blitar Drs H Djarot Syaiful Hidayat MS. 16 Agustus 2007. Dan monumen tersebut selesai dipugar dan diresmikan 14 Pebruari 2008 tepat pada hari peringatan Pemberontakan PETA Blitar.

Suasana monumen di tengah kota ini sangat nyaman, terdapat beberapa pohon dan area untuk bersantai, dan beberapa penjual makanan dan minuman untuk melepas penat saat bersantai di sekitar monumen. Diharapkan, dengan kerjasan pemerintah kota dan masyarakat sekitar, monumen ini bisa terjaga kelestarian dan kebersihannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.